topbella

Senin, 16 April 2018

Perawatan Kulit pada Bayi dan Anak

BAB I
PENDAHULUAN

1.1.Latar Belakang
Kulit merupakan organ tubuh paling luar sebagai sawar kulit dalam tubuh terhadap lingkungan luar, yang memiliki komponen yang dinamis. Struktur kulit pada orang dewasa telah matang dan berfungsi optimal sehingga kulit pada dewasa lebih lembab, berminyak, tebal, tidak kering dan kenyal. Sedangkan pada bayi umumnya telah lengkap, namun strukturnya belum berkembang sehingga belum berfungsi optimal. Lapisan kulit relatif lebih tipis. Bantalan lemak dan kadar air lebih banyak sehingga kulit bayi terasa lebih lembab, lembut, dan lebih kenyal.
Penting untuk diketahui oleh orang tua bahwa meskipun struktur kulit pada bayi sama dengan dewasa, tingkat maturitas fungsinya tidak sama. Kulit bayi, terutama yang baru lahir, sangat halus, lembut dan belum diproteksi secara maksimal oleh sistem imunitas tubuh. Semua bayi memiliki kulit yang sangat peka, berbeda dengan kulit orang dewasa yang tebal dan mantap, kondisi kulit pada bayi yang relatif tipis menyebabkan bayi lebih rentan terhadap infeksi, iritasi, dan alergi.
Gangguan kulit yang sering timbul pada bayi antara lain yaitu dermatitis atopik, seborhea, bisul, miliariasis (biang keringat), alergi dan peradangan berupa ruam kulit yang dikenal dengan dermatitis diapers atau ruam popok. Dermatitis diapers atau ruam popok adalah gangguan kulit yang timbul akibat radang di daerah yang tertutup popok, yaitu di alat kelamin, sekitar dubur, bokong, lipatan paha, dan perut bagian bawah.
Perawatan kulit untuk bayi dan anak lebih ditujukan untuk pemeliharaan kulit yakni membersihkan, menjaga kelembaban, dan melindungi kulit terhadap gesekan, kekeringan atau trauma, dan infeksi serta bukan untuk dekorasi atau mempercantik diri.


1.2.Tujuan
Tujuan penulisan referat ini adalah untuk memahami mengenai perawatan kulit pada bayi dan anak.




BAB II
TINJAUAN PUSTAKA
2.1.  Anatomi kulit
Struktur kulit terdiri dari tiga lapisan yaitu:(2)
1.    Kulit ari (epidermis), sebagai lapisan yang paling luar,
2.    Kulit jangat (dermis, korium atau kutis), dan
3.    Jaringan penyambung di bawah kulit (tela subkutanea, hipodermis atau subkutis).
Gambar 1. Anatomi kulit
1. Epidermis
Epidermis merupakan bagian kulit paling luar yang paling menarik untuk diperhatikan dalam perawatan kulit, karena kosmetik dipakai pada bagian epidermis. Ketebalan epidermis berbeda-beda pada berbagai bagian tubuh, yang paling tebal berukuran 1 milimeter pada telapak tangan dan telapak kaki, dan yang paling tipis berukuran 0,1 milimeter terdapat pada kelopak mata, pipi, dahi dan perut. Sel-sel epidermis disebut keratinosit. Epidermis melekat erat pada dermis karena secara fungsional epidermis memperoleh zat-zat makanan dancairan antar sel dari plasma yang merembes melalui dinding-dinding kapiler dermis ke dalam epidermis.
Pada epidermis dibedakan atas lima lapisan kulit, yaitu :(2)
a.         Lapisan tanduk (stratum corneum),
merupakan lapisan epidermis paling atas, dan menutupi semua lapisan epiderma lebih ke dalam. Lapisan tanduk terdiri atas beberapa lapis sel pipih, tidak memiliki inti, tidak mengalami proses metabolisme, tidak berwarna dan sangat sedikit mengandung air. Lapisan tanduk sebagian besar terdiri atas keratin yaitu sejenis protein yang tidak larut dalam air dan sangat resisten terhadap bahan-bahan kimia, dikenal dengan lapisan horny. Lapisan horny, terdiri dari milyaran sel pipih yang mudah terlepas dan digantikan sel baru setiap 4 minggu, karena usia setiap sel biasanya 28 hari. Pada saat terlepas, kondisi kulit terasa sedikit kasar. Proses pembaruan lapisan tanduk, terus berlangsung sepanjang hidup, menjadikan kulit ari memiliki self repairing capacity atau kemampuan memperbaiki diri. Dengan bertambahnya usia, proses keratinisasi berjalan lebih lambat. Ketika usia mencapai sekitar 60-tahunan, proses keratinisasi membutuhkan waktu sekitar 45-50 hari, akibatnya lapisan tanduk yang sudah menjadi kasar, lebih kering, lebih tebal, timbul bercak putih karena melanosit lambat bekerjanya dan penyebaran melanin tidak lagi merata serta tidak lagi cepat digantikan oleh lapisan tanduk baru. Daya elastisitas kulit pada lapisan ini sangat kecil, dan lapisan ini sangat efektif untuk mencegah terjadinya penguapan air dari lapis-lapis kulit lebih dalam sehingga mampu memelihara tonus dan turgor kulit. Lapisan tanduk memiliki daya serap air yang cukup besar.(2)
b.        Lapisan bening (stratum lucidum)
Terletak tepat di bawah lapisan tanduk, dan dianggap sebagai penyambung lapisan tanduk dengan lapisan berbutir. Lapisan bening terdiri dari protoplasma sel-sel jernih yang kecil-kecil, tipis dan bersifat translusen sehingga dapat dilewati sinar (tembus cahaya). Lapisan ini sangat tampak jelas pada telapak tangan dan telapak kaki. Proses keratinisasi bermula dari lapisan bening.(2)
c.         Lapisan berbutir (stratum granulosum)
Tersusun oleh sel-sel keratinosit berbentuk kumparan yang mengandung butir-butir dalam protoplasmanya, berbutir kasa dan berinti mengkerut. Lapisan ini paling jelas pada kulit telapak tangan dan kaki.(2)
d.        Lapisan bertaju (stratum spinosum)
Terdiri atas sel-sel yang saling berhubungan dengan perantaraan jembatan-jembatan protoplasma berbentuk kubus. Jika sel-sel lapisan saling berlepasan, maka seakan-akan selnya bertaju. Setiap sel berisi filamen-filamen kecil yang terdiri atas serabut protein. Sel-sel pada lapisan taju normal, tersusun menjadi beberapa baris. Bentuk sel berkisar antara bulat ke bersudut banyak (polygonal), dan makin ke arah permukaan kulit makin besar ukurannya. Di antara sel-sel taju terdapat celah antar sel halus yang berguna untuk peredaran cairan jaringan ekstraseluler dan pengantaran butir-butir melanin. Sel-sel di bagian lapis taju yang lebih dalam, banyak yang berada dalamsusunan kimiawi yang khas; inti-inti sel dalam bagian basal lapis taju mengandung kolesterol, asam amino dan glutation.(2)
e.         Lapisan benih (stratum germinativum atau stratum basale)
Merupakan lapisan terbawah epidermis, dibentuk oleh satu baris sel torak (silinder) dengan kedudukan tegak lurus terhadap permukaan dermis. Alas sel-sel torak ini bergerigi dan bersatu dengan lamina basalis di bawahnya. Lamina basalis yaitu struktur halus yang membatasi epidermis dengan dermis. Pengaruh lamina basalis cukup besar terhadap pengaturan metabolisme demoepidermal dan fungsi-fungsi vital kulit. Di dalam lapisan ini sel-sel epidermis bertambah banyak melalui mitosis dan sel-sel tadi bergeser ke lapisan-lapisan lebih atas, akhirnya menjadi sel tanduk. Di dalam lapisan benih terdapat pula sel-sel bening (clear cells, melanoblas atau melanosit) pembuat pigmen melanin kulit.(2)
2. Dermis
Kulit jangat atau dermis menjadi tempat ujung saraf perasa, tempat keberadaan kandung rambut, kelenjar keringat, kelenjar-kelenjar sebasea atau kelenjar minyak, pembuluh-pembuluh darah dan getah bening, dan otot penegak rambut (muskulus arektor pili). Sel-sel umbi rambut yang berada di dasar kandung rambut, terus-menerus membelah dalam membentuk batang rambut.(2)
Kelenjar sebasea yang menempel di saluran kandung rambut, menghasilkan minyak yang mencapai permukaan kulit melalui muara kandung rambut. Kulit jangat sering disebut kulit sebenarnya dan 95 % kulit jangat membentuk ketebalan kulit. Ketebalan rata-rata kulit jangat diperkirakan antara 1-2 mm dan yang paling tipis terdapat di kelopak mata serta yang paling tebal terdapat di telapak tangan dantelapak kaki. Susunan dasar kulit jangat dibentuk oleh serat-serat, matriks interfibrilar yang menyerupai selai dan sel-sel.(2)
Keberadaan ujung-ujung saraf perasa dalam kulit jangat, memungkinkan membedakan berbagai rangsangan dari luar. Masing-masing saraf perasa memiliki fungsi tertentu, seperti saraf dengan fungsi mendeteksi rasa sakit, sentuhan, tekanan, panas, dan dingin. Saraf perasa juga memungkinkan segera bereaksi terhadap hal-hal yang dapat merugikan diri kita. Jika kita mendadak menjadi sangat takut atau sangat tegang, otot penegak rambut yang menempel di kandung rambut, akan mengerut dan menjadikan bulu roma atau bulu kuduk berdiri. Kelenjar sebasea yan menempel di kandung rambut memproduksi minyak untuk melumasi permukaan kulit dan batang rambut. Sekresi minyaknya dikeluarkan melalui muara kandung rambut. Kelenjar keringat menghasilkan cairan keringat yang dikeluarkan ke permukaan kulit melalui pori-pori kulit. Di permukaan kulit, minyak dan keringat membentuk lapisan pelindung yang disebut acid mantel atau sawar asam dengan nilai pH sekitar 5,5. sawar asam merupakan penghalang alami yang efektif dalam menangkal berkembang biaknya jamur, bakteri dan berbagai jasad renik lainnya di permukaan kulit. Keberadaan dan keseimbangan nilai pH, perlu terus-menerus dipertahankan dan dijaga agar jangan sampai menghilang oleh pemakaian kosmetika.(2)
Pada dasarnya dermis terdiri atas sekumpulan serat-serat elastis yang dapat membuat kulit berkerut akan kembali ke bentuk semula dan serat protein ini yang disebut kolagen. Serat-serat kolagen ini disebut juga jaringan penunjang, karena fungsinya adalah membentuk jaringan-jaringan kulit yang menjaga kekeringan dan kelenturan kulit. Berkurangnya protein akan menyebabkan kulit menjadi kurang elastis dan mudah mengendur hingga timbul kerutan. Faktor lain yang menyebabkan kulit berkerut yaitu faktor usia atau kekurangan gizi. Dari fungsi ini tampak bahwa kolagen mempunyai peran penting bagi kesehatan dan kecantikan kulit. Perlu diperhatikan bahwa luka yang terjadi di kulit jangat dapat menimbulkan cacat permanen, hal ini disebabkan kulit jangat tidak memiliki kemampuan memperbaiki diri sendiri seperti yang dimiliki kulit ari.(2)
Di dalam lapisan dermis terdapat dua macam kelenjar yaitu kelenjar keringat dan kelenjar sebasea.(2)
a.      Kelenjar keringat,
Kelenjar keringat terdiri dari fundus (bagian yang melingkar) dan duet yaitu saluran semacam pipa yang bermuara pada permukaan kulit, membentuk pori-pori keringat. Semua bagian tubuh dilengkapi dengan kelenjar keringat dan lebih banyak terdapat di permukaan telapak tangan, telapak kaki, kening dan di bawah ketiak. Kelenjar keringat mengatur suhu badan dan membantu membuang sisa-sisa pencernaan dari tubuh. Kegiatannya terutama dirangsang oleh panas, latihan jasmani, emosi dan obat-obat tertentu. Ada dua jenis kelenjar keringat yaitu :(2)
a)      Kelenjar keringat ekrin, kelenjar keringat ini mensekresi cairan jernih, yaitu keringat yang mengandung 95 – 97 % air dan mengandung beberapa mineral, seperti garam, sodium klorida, granula minyak, glusida dan sampingan dari metabolisma seluler. Kelenjar keringat initerdapat di seluruh kulit, mulai dari telapak tangan dan telapak kakisampai ke kulit kepala. Jumlahnya di seluruh badan sekitar dua juta dan menghasilkan 14 liter keringat dalam waktu 24 jam pada orang dewasa. Bentuk kelenjar keringat ekrin langsing, bergulung-gulung dan salurannya bermuara langsung pada permukaan kulit yang tidak ada rambutnya.
b)      Kelenjar keringat apokrin, yang hanya terdapat di daerah ketiak, puting susu, pusar, daerah kelamin dan daerah sekitar dubur (anogenital) menghasilkan cairan yang agak kental, berwarna keputih-putihan serta berbau khas pada setiap orang Sel kelenjar ini mudah rusak dan sifatnya alkali sehingga dapat menimbulkan bau. Muaranya berdekatan dengan muara kelenjar sebasea pada saluran folikel rambut. Kelenjar keringat apokrin jumlahnya tidak terlalu banyak dan hanya sedikit cairan yang disekresikan dari kelenjar ini. Kelenjar apokrin mulai aktif setelah usia akil baligh dan aktivitasnya dipengaruhi oleh hormon.(2)
b.      Kelenjar sebasea,
Kelenjar sebasea terletak pada bagian atas kulit jangat berdekatan dengan kandung rambut terdiri dari gelembung-gelembung kecil yang bermuara ke dalam kandung rambut (folikel). Folikel rambut mengeluarkan lemak yang meminyaki kulit dan menjaga kelunakan rambut. Kelenjar sebasea membentuk sebum atau urap kulit. Terkecuali pada telapak tangan dan telapak kaki, kelenjar sebasea terdapat di semua bagian tubuh terutama pada bagian muka.(2)
Pada umumnya, satu batang rambut hanya mempunyai satu kelenjar sebasea atau kelenjar sebasea yang bermuara pada saluran folikel rambut. Pada kulit kepala, kelenjar sebasea menghasilkan minyak untuk melumasi rambut dan kulit kepala. Pada kebotakan orang dewasa, ditemukan bahwa kelenjar sebasea atau kelenjar sebasea membesar sedangkan folikel rambut mengecil. Pada kulit badan termasuk pada bagian wajah, jika produksi minyak dari kelenjar sebasea atau kelenjar sebasea berlebihan, maka kulit akan lebih berminyak sehingga memudahkan timbulnya jerawat.(2)

3. Subkutis
Lapisan ini terutama mengandung jaringan lemak, pembuluh darah dan limfe, saraf-saraf yang berjalan sejajar dengan permukaan kulit. Cabang-cabang dari pembuluh-pembuluh dan saraf-saraf menuju lapisan kulit jangat. Jaringan ikat bawah kulit berfungsi sebagai bantalan atau penyangga benturan bagi organorgan tubuh bagian dalam, membentuk kontur tubuh dan sebagai cadangan makanan. Ketebalan dan kedalaman jaringan lemak bervariasi sepanjang kontur tubuh, paling tebal di daerah pantat dan paling tipis terdapat di kelopak mata. Jika usia menjadi tua, kinerja liposit dalam jaringan ikat bawah kulit juga menurun.Bagian tubuh yang sebelumnya berisi banyak lemak, akan berkurang lemaknya dan akibatnya kulit akan mengendur serta makin kehilangan kontur.(2)

2.1.1.    Anatomi kulit bayi dan anak
Pembagian kulit secara garis besar tersusun atas tiga lapisan utama yaitu lapisan epidermis atau kutikel, lapisan dermis, dan lapisan subkutis. Tidak ada garis tegas yang memisahkan dermis dan subkutis, subkutis ditandai dengan adanya jaringan ikat longgar dan adanya sel dan jaringan lemak.(3)
Kulit bayi secara fungsional matang saat lahir. Fungsi sawar epidermis, stratum korneum, utuh dan efektif melindungi bayi. Namun, bayi berisiko tinggi untuk terkena toksisitas sistemik dari senyawa yang dioleskan secara topikal. Faktor yang mempengaruhinya adalah bahwa bayi memiliki rasio luas permukaan tubuh yang lebih luas. Perbandingan luas permukaan kulit dengan berat badan pada bayi lebih besar daripada orang dewasa (area permukaan kulit bayi 700 cm2/kg dibandingkan kulit orang dewasa 250 cm2/kg), sehingga kemungkinan keracunan berbagai bahan toksik menjadi lebih besar karena tingginya penyerapan melalui kulit. Selain itu, metabolisme, ekskresi, distribusi, dan pengikatan protein zat bayi bisa sangat berbeda dari orang dewasa. Kulit bayi pasca melahirkan (gestasi >40 minggu) sering tampak kering dan pecah segera setelah lahir (Gambar 2). (1,4)
Gambar 2. Kaki bayi yang baru lahir. Kulit kering, hyperlinear, dan bersisik adalah tipikal bayi pasca melahirkan.(4)

Tabel 1. Perbedaan struktur kulit bayi premature, matur, dan kulit orang dewasa.(5)
STRUKTUR KULIT
PREMATUR
MATUR
DEWASA
EPIDERMIS
Sel kulit tipis,
Stratum
corneum
sedikit,
Produksi
melanin
sedikit
Stratum
Corneum
adheren
Konten
melanin
sedikit
Epidermis
normal,
Melanin
normal
DERMO
EPIDERMAL
JUNCTION
Kohesi
yang
minim
antara
epidermis dan dermis
Kohesi yang minim antara epidermis dan dermis
Kohesi
normal antara
epidermis dan dermis
DERMIS
Elestik fiber sedikit
Elestik fiber sedikit
Full elastik fiber
RAMBUT
Lanugo
Vellus
Vellus dan rambut
KELENJAR
SEBASEUS
Besar dan aktif
Besar dan aktif
Besar dan aktif
SARAF DAN
PEMBULUH
DARAH
Saraf kecil unmyelinated
Saraf kecil
unmyelinated,
pembuluh darah lengkap
Normal
PERMEABILITAS
Permeabilitas tinggi terhadap lemak, peningkatan absorpsi pada seluruh area tubuh
Pertahanan tubuh bagus, permeabilitas tinggi terhadap lemak, peningkatan absorbsi pada seluruh area tubuh
Pertahanan tubuh bagus terhadap
penetrasi

Bayi cukup bulan mempunyai lapisan kulit dan fungsi pertahanan kulit yang hampir sama dengan orang dewasa, sedangkan bayi prematur belum berkembang secara sempurna. Secara struktural tidak terdapat perbedaan antara kulit bayi dan kulit orang dewasa. Namun perbedaan fisiologis lebih berhubungan dengan perubahan jumlah, ukuran, bentuk, dan kematangan sel yang dapat dipengaruhi oleh perkembangan usia.(6)
Kulit pada bayi relatif lebih tipis, hubungan antar sel lebih longgar, jumlah melanosom lebih sedikit, rambut lebih halus (lanugo dan velus) dan jumlahnya lebih sedikit, serta produksi kelenjar keringat dan kelenjar minyak relatif kurang. Dermis pada bayi baru lahir relatif lebih tipis, serat kolagen pendek, tipis, dan mudah larut. Elastin berukuran lebih kecil dan struktur belum sempurna, sedangkan pembuluh darah dan saraf belum berkembang sempurna.(3)
            Neonatus kurang dari 28 minggu usia kehamilan dan >1000 gr memiliki sawar epidermis yang belum matang, ditandai dengan tidak adanya stratum korneum yang efektif sebagai fungsi proteksi, dan tinggi kehilangan air transepidermal. Mereka juga tidak memiliki vernix caseosa.(7)
Gambar 3. Vernix caseosa pada newborn.
            Vernix caseosa adalah lapisan putih krem yang berkembang pada kulit bayi yang belum lahir pada sekitar 20 minggu usia kehamilan. Vernix diyakini sebagai pelembab dan melindungi kulit bayi selama dalam rahim. Menjelang akhir usia kehamilan, vernix yang menutupi bayi akan mulai berkurang, Dan saat lahir, biasanya sisa lapisan vernix masih dapat terlihat. Vernix dipercaya memiliki fungsi anti bakteri yang dapat membantu menjaga kulit bayi dari infeksi. Untuk alasan tersebut, beberapa membiarkannya tetap menempel di kulit bayi saat baru lahir. Selain itu, sifat vernix yang berfungsi sebagai pelembab juga dapat membantu mencegah kulit halus bayi mengalami kekeringan. Setelah lahir, kulit bayi mengalami adaptasi dengan lingkungan luar kandungan.(7)
            Setelah lahir, verniks terkelupas dan kulit terpajan dan beradaptasi dengan lingkungan. Sebagai contoh, deskuamasi lapisan atas stratum korneum terjadi secara normal pada setiap bayi dan hal ini merupakan proses adaptif.(5)
Keasaman kulit dibentuk oleh produksi kelenjar keringat (ekrin dan apokrin), lemak, dan stratum korneum kulit. Stratum korneum pada bayi baru lahir lebih banyak mengandung air dan produksi kelenjar keringat relatif sedikit. Saat lahir pH berkisar antara 6.2-7.5 baik pada bayi prematur maupun bayi cukup bulan. Keasaman kulit kemudian menurun setelah 1 minggu kehidupan dan secara perlahan menurun sampai mencapai pH 5.0-5.5 yang sama dengan pH kulit anak dan dewasa. Pada bayi prematur, proses ini memerlukan waktu beberapa minggu.(5)

2.2.  Pemilihan Vehikulum
Vehikulum adalah zat inaktif/ inert yang digunakan dalam sediaan topikal sebagai pembawa obat/ zat aktif agar dapat berkontak dengan kulit. Meskipun inaktif, aplikasi suatu vehikulum pada kulit dapat memberikan beberapa efek
yang menguntungkan, meliputi efek fisik misalnya efek proteksi, mendinginkan, hidrasi, mengeringkan/ mengangkat eksudat, dan lubrikasi, serta efek kimiawi/ farmakologis, misalnya efek analgesik, sebagai astringent, antipruritus, dan bakteriostatik.(8)
Berdasarkan komponen penyusunnya, vehikulum dapat digolongkan dalam monofasik, bifasik, dan trifasik. Vehikulum monofasik di antaranya adalah bedak, salep, dan cairan. Bedak kocok, pasta, dan krim tergolong dalam vehikulum bifasik. Sementara pasta pendingin merupakan contoh vehikulum trifasik. Selain ketiga kelompok besar vehikulum di atas, terdapat vehikulum lain yang tidak dapat dimasukkan ke dalam salah satu golongan tersebut, yaitu jel.(9)
Pembagian lain vehikulum adalah berdasarkan kelarutannya dalam air, yaitu vehikulum hidrofobik dan vehikulum hidrofilik. Vehikulum hidrofobik meliputi berbagai hidrokarbon, silikon, alkohol, sterol, asam karboksilat, ester dan poliester, serta eter dan polieter. Sementara vehikulum hidrofilik meliputi berbagai poliol dan poliglikol, sebagian dari golongan ester dan poliester, serta beberapa macam eter dan polieter. Berdasarkan konsistensinya, vehikulum dibagi menjadi cair, solid, dan semisolid. Selain berbagai kelompok vehikulum di atas, berbagai penelitian juga telah dilakukan untuk meningkatkan penetrasi obat topikal ke dalam kulit, seperti penggunaan liposom dan nanopartikel.(9)

2.2.1.    Bedak
Bedak merupakan vehikulum solid/padat yang memiliki efek mendinginkan, menyerap cairan serta mengurangi gesekan pada daerah aplikasi. Sebagian besar bedak mengandung seng oksida yang memiliki efek antiseptik, magnesium silikat dengan efek lubrikasi dan mengeringkan, serta stearat yang mampu meningkatkan daya lekat bedak pada kulit.(8)
        Bedak juga ditambahkan bahan pengawet untuk mencegah pertumbuhan mikroorganisme dan antioksidan untuk mencegah bedak
teroksidasi udara luar. Kemampuan penetrasinya pada kulit yang rendah, menyebabkan penggunaannya terbatas, antara lain dalam bidang kosmetik. Efek samping yang dapat timbul pada penggunaan bedak antara lain inhalasi bedak ke dalam saluran napas, penggumpalan bedak, iritasi, dan dapat memicu pembentukan granuloma. Aplikasi bedak pada kulit yang iritasi juga dapat menghambat proses penyembuhan.(8)
        Para ahli telah meneliti penggunaan urea untuk menggantikan talk sebagai bahan dasar bedak. Urea merupakan bahan non-alergenik dan non-toksik bagi kulit, sehingga pemakaiannya jauh lebih aman dibanding bedak konvensional. Urea memiliki sifat antipruritus, antiseptik, antiinflamasi, menghambat proses oksidasi, dan dapat
membantu proses penyebuhan pada kulit yang teriritasi atau mengalami peradangan. Efek yang menguntungkan tersebut memungkinkan bedak berbahan dasar urea dapat digunakan pada kulit yang mengalami iritasi.(8)

2.2.2.    Salep
Salep merupakan sediaan semisolid yang dapat digunakan pada kulit maupun mukosa. Bahan dasar salep yang digunakan dalam dermatoterapi dibagi dalam empat kelompok yaitu; 1) hidrokarbon, 2) bahan penyerapan, 3) bahan dasar emulsi, dan 4) bahan yang larut air (watersolublebased).(8)
        Salep berbahan dasar hidrokarbon memiliki efek sebagai emolien, efek oklusi, dan mampu bertahan pada permukaan kulit dalam waktu lama tanpa mengering. Bahan dasar hidrokarbon yang paling banyak digunakan adalah petrolatum putih dan petrolatum kuning. Umumnya bersifat stabil, sehingga tidak memerlukan zat pengawet. Kelemahannya adalah dapat mewarnai pakaian.(8)
        Bahan dasar penyerapan pembentuk salep terdiri atas lanolin dan turunannya, kolesterol dan turunannya, serta sebagian ester dari alkohol polihidrat. Kelompok bahan dasar ini memiliki efek lubrikasi, emolien, efek proteksi, serta karena sifat hidrofiliknya, dapat digunakan sebagai vehikulum obat/ zat aktif yang larut air. Salep dengan bahan dasar penyerapan bersifat lengket, namun lebih mudah dicuci dibandingkan yang berbahan dasar hidrokarbon.(8)
        Bahan dasar salep yang lain, yaitu bahan dasar pengemulsi dan bahan dasar yang larut air sering digunakan untuk membentuk sediaan semisolid yang lain, yaitu krim dan jel. Konsentrasi bahan dasar salep dalam suatu sediaan berbentuk salep dapat ditingkatkan agar kemampuan penetrasi bahan aktif yang terkandung di dalamnya meningkat, misalnya sediaan salep khusus yang disebut fatty ointment.(8)
        Konsentrasi bahan dasar salep dalam sediaan tersebut mencapai lebih dari 90 persen. Sediaan tersebut dapat digunakan untuk kelainan/ penyakit kulit pada daerah dengan stratum korneum yang tebal, misalnya lipat siku, lutut, telapak tangan, dan telapak kaki. (8)
2.2.3.    Krim
        Krim merupakan sediaan semisolid yang mengandung satu atau lebih zat aktif yang terdispersi dalam suatu medium pendispersi dan membentuk emulsi. Untuk kestabilan emulsi, digunakan suatu agen pengemulsi (emulsifier). Bahan pengemulsi dapat terlarut dalam kedua fase cairan penyusun emulsi, dan mengelilingi cairan yang terdispersi
membentuk titik-titik air mikro yang terlarut dalam medium pendispersi. Surfaktan maupun beberapa jenis polimer atau campuran keduanya dapat digunakan sebagai bahan pengemulsi. Beberapa contoh surfaktan yang sering digunakan dalam pembentukan emulsi adalah sodium lauril sulfat, Spans, dan Tweens.(8)
        Berdasarkan fase internalnya, krim dapat dibagi menjadi krim oil-in-water dan krim water-in-oil. Krim water-in-oil mengandung air kurang dari 25%dengan minyak sebagai medium pendispersi. Selain surfaktan, zat pengawet juga seringkali digunakan dalam sediaan krim
water-in-oil. Sediaan ini kurang lengket dibanding dua sediaan yang disebutkan sebelumnya, sehingga relatif sebagai emolien karena kandungan minyaknya, sedangkan kandungan air di dalamnya memberikan efek mendinginkan saat diaplikasikan. (8)
        Krim oil-in-water mengandung air lebih dari 31%. Formulasi ini merupakan bentuk yang paling sering dipilih dalam dermatoterapi. Sediaan ini dapat dengan mudah diaplikasikan pada kulit, mudah dicuci, kurang berminyak, dan relatif lebih mudah dibersihkan bila
mengenai pakaian. Sebagai pengawet, biasanya digunakan paraben untuk mencegah pertumbuhan jamur. Bahan lain yang terkandung dalam emulsi oil-in-water adalah humektan, misalnya gliserin, propilen glikol, ataupun polietilen glikol.(8)
        Fase minyak dalam sediaan ini juga menyebabkan rasa lembut saat
diaplikasikan. Wiren K dkk. (2008) meneliti hubungan antara kandungan lemak dalam sediaan krim oil-in-water dengan kemampuan penetrasinya. Pada penelitian yang dilakukan secara in vivo tersebut menunjukkan bahwa sediaan krim dengan kandungan lemak yang rendah memiliki penetrasi yang lebih baik dibanding sediaan dengan konsentrasi lemak yang lebih tinggi.(8)

2.2.4.    Jel
        Jel merupakan sediaan semisolid yang mengandung molekul kecil maupun besar yang terdispersi dalam cairan dengan penambahan suatu gelling agent. Formulasi yang dibutuhkan dalam membentuk jel adalah air, propilen glikol, dan atau polietilen glikol ditambah dengan suatu bahan pembentuk jel. Gelling agent yang biasa digunakan adalah carbomer 934 serta carboxymethylcellulose dan hydroxypropylmethyl-cellulose yang merupakan turunan dari selulosa. Bahan dasar pembentuk jel merupakan bahan yang larut air (water soluble based) dan tidak mengandung minyak. Bahan ini sangat mudah dicuci, tidak mewarnai pakaian, tidak memerlukan pengawet, dan kurang oklusif.
Bahan dasar ini lebih sering digunakan pada sediaan topikal agar konsentrasi pada permukaan kulit lebih tinggi dan membatasi penyerapan ke dalam kulit, misalnya pada berbagai antifungal dan antibiotik topikal.(8)
        Jel merupakan vehikulum yang cocok untuk banyak zat aktif. Jel juga relatif mudah diaplikasikan pada kulit, dapat digunakan pada daerah berambut, serta memiliki penetrasi yang baik. Kekurangan dari sediaan dalam bentuk jel antara lain efek protektifnya yang rendah sehingga tidak dapat digunakan sebagai emolien, dan dapat menyebabkan kulit kering dan panas bila kandungan alkohol atau propilen glikolnya tinggi.(8)
        Selain jel berbahan dasar larut air, telah ditemukan juga formulasi jel terbaru berbahan dasar pelarut organic yang disebut organogel. Bahan dasar yang digunakan antara lain lesitin, jelatin, dan ester sorbitan. Jel dengan bahan dasar tersebut umumnya digunakan untuk zat aktif yang sukar larut di dalam air.(8)
2.2.5.    Foam
        Foam merupakan suatu dispersi cairan dan atau zat padat dalam medium berbentuk gas. Dibandingkan dengan sediaan topikal lain, foam merupakan sediaan yang paling mudah diaplikasikan pada permukaan kulit tanpa memerlukan penekanan, sehingga sediaan ini menjadi pilihan untuk digunakan pada berbagai kelainan/ penyakit kulit dengan inflamasi yang berat dan luas, karena penekanan yang berlebihan pada kulit yang mengalami inflamasi menimbulkan rasa nyeri dan dapat memperberat reaksi inflamasi.
        Sediaan topikal berbentuk foam dikemas dalam suatu wadah bertekanan yang berkatup. Hal tersebut menjadi salah satu kelemahan dari sediaan berbentuk foam, karena proses pembuatan wadah bertekanan merupakan hal yang rumit dan memerlukan biaya yang tinggi, sehingga harga sediaan berbentuk foam menjadi mahal.(8)
        Suatu penelitian yang membandingkan kemampuan bentuk sediaan foam, salep, krim, dan jel dalam melepaskan zat aktif (betametason valerat) telah dilakukan. Hasil penelitian menunjukkan sediaan foam memiliki kemampuan yang sama dengan salep dan jel dalam melepaskan komponen zat aktif, namun lebih baik dibandingkan sediaan krim.(8)
        Penelitian lain dilakukan terhadap 25 orang anak dan bayi dengan infeksi candida pada daerah popok. Ke 25 subyek diterapi dengan sediaan berbentuk foam yang mengandung nistatin, klorheksidin, dan prednisolon. Setelah dilakukan terapi selama 13 hari, seluruh subyek
penelitian, termasuk subyek dengan manifestasi klinis yang berat menunjukkan kesembuhan.(8)
2.2.6.    Bedak Kocok
        Bedak kocok merupakan kombinasi antara bedak dan cairan. Bedak yang terkandung dalam suatu bedak kocok dapat memperluas area penguapan cairan penyusunnya sehingga memberikan efek mendinginkan. Umumnya bedak kocok terdiri atas seng oksida, talk, kalamin, gliserol, alkohol, dan air serta stabilizer. Karena merupakan suatu suspensi, bedak kocok bila didiamkan cenderung mengendap, sehingga sebelum pemakaian pun harus dikocok terlebih dahulu.(8)

2.3.  Perawatan kulit pada bayi dan anak
Perawatan topikal harus mencakup lotion pelembab atau krim untuk mempertahankan tekstur lembut dan fleksibel kulit bayi dan untuk mencegah superinfeksi bakteri. Untuk bayi di lingkungan yang kering, pelembab mungkin perlu digunakan tanpa batas; bayi dalam lingkungan yang lebih lembab mungkin membutuhkan penggunaan mereka hanya dalam jangka waku pendek atau intermiten.(4)
2.3.1.    Pembersihan kulit
Bayi dapat langsung dimandikan setelah lahir meskipun umbilical cord stub belum terlepas. Suhu air untuk mandi tidak melebihi 37°C. Sabun
yang direkomendasikan untuk kulit bayi normal adalah produk sintetik dengan pH netral atau sedikit asam yakni sekitar antara pH 5-6, .
Idealnya, pembersih bayi bebas dari parfum dan pewarna untuk mencegah iritasi.(1)
        Mandi terlalu sering (lebih dari tiga kali per minggu selama tahun pertama kehidupan) dapat menghilangkan minyak alami yang melindungi kulit bayi. Itu bisa membuat kulit bayi rentan dan kering. Ini juga dapat memperburuk eksim.(10)
        Untuk bulan pertama atau lebih, mandi spons dua atau tiga kali seminggu akan menjaga bayi Anda bersih dengan aman. Di antaranya, cukup bersihkan mulut bayi dan daerah popok dengan sedikit air atau pembersih.(10)
        Pemandian dengan spons sekali seminggu (atau bahkan kurang) adalah yang terbaik untuk bayi yang baru lahir dengan warna kulit yang lebih gelap (seperti orang Afrika-Amerika). Bayi-bayi ini cenderung memiliki kulit pengering dan memiliki risiko masalah kulit yang lebih tinggi seperti eksim.(10)
        Jangan gunakan produk bayi sintetis di bulan-bulan awal. Ini dapat mengiritasi kulit halus bayi.(10)
        Cuci pakaian bayi sebelum dipakai. Gunakan hanya deterjen cucian bayi yang bebas pewangi dan pewarna. Cuci pakaian bayi, selimut, dan selimut secara terpisah dari cucian keluarga.(10)
        Berikut beberapa cara pembersihan kulit pada bayi menurut IDAI:(11)
a)      Mandi sebaiknya dilakukan setiap hari dengan suhu ruangan >25°C, suhu air 37°C dan tidak lebih dari 5 menit.
b)      Gunakan sabun bayi ringan yang sesuai dengan pH netral kulit (5,5) dengan kandungan parfum dan pewarna yang seminimal mungkin untuk menghindari reaksi sensitisasi. Bahan di dalam sabun juga harus diperhatikan. Jangan menggunakan sabun dengan antiseptik (fenol, kresol), deodoran (triklosan, heksaklorofen) maupun sabun yang mengandung detergen seperti sodium lauryl sulphate (SLS) yang dapat menimbulkan iritasi maupun sodium laureth sulphate (SLES) yang beracun bila terserap kulit si kecil.
c)      Baik sabun maupun sampo bayi umumnya mengandung beberapa jenis surfaktan sebagai bahan pembersih. Untuk sampo, pilihlah bahan surfaktan yang aman untuk mata seperti cocamidopropyl betaine atau natrium lauril propinat.
Pembersih umumnya mengandung surfaktan yang dikenal dengan detergen, kondisioner kulit yang menyerupai gliserin, parfum, warna, dan pengawet. Sebagian besar formula pembersih kulit adalah surfaktan. Surfaktan natural adalah sabun, yang secara tradisonal dibuat melalui proses saponifikasi, yakni proses pencampuran lemak hewan dan minyak kelapa atau palm oil. dengan alkali. Produk yang dihasilkan adalah fatty acid salt (sabun) memiliki pH alkaline 9-10.(1)
      Surfaktan bekerja dengan cara menurunkan tegangan permukaan antara air dan udara, dan menciptakan busa yang menyebabkan lemak larut sehingga terlepas dari kulit. Penggunaan sabun atau detergen yang mengandung surfaktan menyebabkan kerusakan sawar kulit dengan cara:(1)
a)      Mempengaruhi integritas hydrophilic film dengan menciptakan lipid-depleted area
b)      Surfaktan dari sabun dapat berinteraksi dengan protein stratum korneum menyebabkan denaturasi protein yang akan mencetuskan iritasi kulit
c)      Aksi delipidisasi sabun menyebabkan peningkatan pH permukaan kulit yang akan mempengaruhi acid mantle kulit. Hal ini menyebabkan kulit kering, kasar, dan terlihat tegang.
        Synthetic detergents adalah substitusi sabun atau non-soap surfactant yang memiliki pH mendekati kulit normal dan kurang iritatif. Syndets tidak merubah pH kulit dan mikroflora kulit tidak terganggu. Cocoyl isethionate, sodium lauryl sulphate, dan betains merupakan contoh syndet yang sering digunakan. Namun syndet harganya lebih mahal daripada sabun bayi biasa. Beberapa agen lainnya yang mengandung lemak dari lanolin, parafin, atau minyak mineral (superfatted) ditambahkan pada sabun untuk membuat kulit menjadi lembut.(9)
        Sampo adalah sabun atau syndet cair yang digunakan untuk mencuci rambut dan kulit kepala dengan tujuan membersihkan kotoran dan minyak. Sampo bayi dapat dipergunakan 2-3 kali per minggu pada keadaan normal. Apabila terlalu sering menggunakan sampo, rambut dapat menjadi kusam dan kulit kepala kering. Bahan kondisioner dianjurkan dipakai bila anak telah berusia 5 tahun.(9)
        Rambut yang penuh dengan skuama terakumulasi dalam kulit kepala, sampo dapat didiamkan di kulit kepala selama 10-30 menit
sebelum dibilas hingga bersih. Bayi dengan cradle cap tidak memerlukan medicated shampoo. Penggunaan sampo secara teratur efektif mengatasi cradle cap. Sampo diaplikasikan di kulit kepala dan didiamkan sampai skuama melunak. Setelah kontak dengan sampo, dilakukan penggosokan dengan lembut sampai skuama terlepas.(9)
        Sampo bayi mutlak menggunakan bahan pembersih yang tidak perih bila terkena mata dan pH mendekati pH air mata atau isotonik terhadap air mata. Biasanya iritasi terhadap kulit tidak akan terjadi bila sampo tersebut tidak memiliki potensi untuk mengiritasi mata. Sampo juga memiliki waktu kontak yang minimal dengan kulit kepala sehingga insiden dermatitis kontak jarang terjadi. Cocamidopropyl betaine, surfaktan lembut yang sering digunakan pada sampo dan sabun yang
dijual di pasaran. Pada umumnya sampo mengandung agen pembersih dan lather enhancer. Pembersih yang terbaik adalah asam lemak rantai medium sampai panjang seperti laureth sulfate yang merupakan emulsifier yang baik. Seperti halnya sabun yang memiliki “foaming action”, lather penting untuk efek visual dan fisiologis sampo. Asam lemak rantai pendek seperti cocamide diethonolamine adalah lather yang baik untuk sampo. Kandungan lainnya seperti pengawet, pewangi, dan bahan pengental. Pengawet dibutuhkan untuk mencegah pertumbuhan jamur atau bakteri pada botol sampo. Pada sampo ditambahkan bahan pengental untuk mencegah sampo mengalir cepat
dan masuk ke dalam mata. Tidak ditambahkan bahan-bahan yang membuat sampo menjadi opak, maka umumnya sampo bayi jernih dan tembus pandang. Sampo bayi harus bebas dari parfum, agen anti inflamasi, dan produk natural. Protein, vitamin, dan produk natural lainnya secara teoritis tidak mempengaruhi fungsi sampo dan hasilnya. Namun kebanyakan sampo bayi yang dijual bebas mengandung surfaktan anionik yang merupakan pembersih yang adekuat.(9)
2.3.2.    Pelembab
        Pemakain pelembab untuk bayi dan anak berfungsi mencegah kekeringan kulit agar fungsi proteksi kulit tetap terjaga, selain itu juga
pelembab bisa melembutkan kulit bayi dan anak agar tetap putih lembut halus dan sehat. Penggunaan pelembab pada kulit mempunyai tujuan memperbaiki fungsi pertahanan kulit, mempertahankan / meningkatkan kadar air, memperbaiki barier lipid untuk menarik, menahan dan mendistribusikan air, dan memelihara integritas kulit dan penampilan.
Pelembab juga berperan untuk mengurangi gesekan kulit dan meningkatkan hidrasi kulit dengan menyediakan air langsung ke kulit dan meningkatkan oklusi.(12)
        Pelembab bekerja melalui beberapa cara yakni:(12)
1.      Oklusi, yakni membentuk suatu lapisan film di permukaan kulit yang akan menghambat penguapan sehingga meningkatkan kelembaban kulit. Misalnya vaselin, minyak mineral, minyak tumbuhan, dll.
2.      Humektan, yakni bahan higroskopis yang menyebabkan lapisan atas epidermis dapat menyerap dan menyimpan air. Misalnya gliserin, urea, asam laktat, propilen glikol, dll.
3.      Lubrikasi, yakni melicinkan kulit. Bahan alamiah yang sering ditambahkan pada pelembab seperti aloe vera atau minyak jojoba.
                    Bahan aktif yang sering digunakan misalnya bahan antioksidan seperti vitamin A, C, E, dll. Pelembab untuk bayi tidak mengandung bahan aktif, hanya ditambahkan pewangi dan pewarna sesuai kadar yang diijinkan. Bahan pelembab untuk bayi antara lain baby lotion, baby cream, dan baby oil yang merupakan cara aman dan efektif untuk mengurangi pengelupasan kulit pada bayi baru lahir, memelihara fungsi sawar kulit, mengurangi iritasi di daerah bokong, dan juga digunakan dalam pemijatan (massage). Minyak mineral telah digunakan sebagai pelembab dan untuk pemijatan bayi oleh masyarakat India seperti minyak kelapa, olive oil, dan virgin coconut oil.(12)
                    Pelembab yang ideal untuk bayi dan balita adalah pelembab dengan pH netral sampai sedikit asam, bebas parfum, bebas pewarna,
dan sangat lunak. Wool alcohol/ lanolin alcohol, methylchloroisothiazolinone/methylisothiazolinone (pengawet yang paling sering digunakan dalam pelembab), thimerosal, dan parfum paling sering menyebabkan dermatitis kontak alergi pada anak-anak.(12)
2.3.3.    Bedak
Bedak bayi digunakan sebagai pelicin di daerah lipatan kulit untuk mencegah gesekan antar kulit yang dapat menyebabkan maserasi. Meskipun bedak bayi dapat menyerap keringat, namun sebaiknya dihindari penggunaannya pada bayi baru lahir. Penggunaan yang berlebihan juga dapat menyebabkan miliaria dan bedak dapat terhirup bersama udara sehingga menimbulkan kelainan paru. Bedak mengandung talk yakni bubuk magnesium silikat yang sama dengan asbes. Bahaya terhirupnya bedak oleh bayi merupakan peringatan agar bedak digunakan secara hatihati. Bedak dioleskan tipis-tipis pada daerah yang telah dibersihkan dan tidak ditaburkan ke badan. Bedak dapat menyumbat genetalia bayi laki-laki. Penggunaan wewangian pada bedak bayi hanya dianjurkan bila berasal bunga-bungaan dengan konsentrasi rendah.(1)
        Dalam memilih bedak, utamakan memilih yang terbuat dari bahan mineral seperti talcum karena ringan, lembut dan netral. Cara menggunakan yang benar adalah dengan meletakkan pada telapak tangan kita lalu diusapkan tipis dan merata, terutama pada bagian lipatan yang sudah kering dan bersih. Pastikan bahwa bedak tidak digunakan di daerah selaput lendir dan kulit yang tidak utuh. Hindarkan pemakaian di wajah karena bila terhirup dapat menimbulkan gangguan paru-paru.(11)

2.3.4.    Pewangi (cologne)
        Baby cologne dan baby hair lotion biasanya digunakan untuk kesenangan orang-orang di sekitarnya karena bayi sendiri mungkin tidak dapat merasakannya. Bahan pewangi yang digunakan untuk bayi berasal dari berbagai macam bunga dengan konsentrasi rendah. Pada baby hair lotion umumnya ditambahkan pelembab agar rambut tidak kering.(1)
        Orang tua seringkali mengoleskan minyak, seperti minyak telon dan minyak kayu putih pada bayinya. Kedua jenis minyak ini bekerja dengan cara memperlebar pembuluh darah lokal sehingga timbul sensasi hangat dan sedikit mengurangi nyeri. Akan tetapi, kelompok minyak ini tergolong dalam bahan iritan sehingga pemakaian berlebih dapat menimbulkan ruam kulit.(11)
        Penggunaan parfum, baby cologne dan bahan kimia lainnya sebaiknya dihindari pada usia-usia awal karena pada dasarnya kulit bayi mudah menyerap bahan yang dioleskan pada kulit dan mudah teriritasi. Pada dasarnya pakaian bayi dapat dicuci bersama dengan pakaian orang dewasa, namun pastikan bahwa deterjen yang digunakan bebas dari parfum dan zat pewarna.(11)

2.3.5.    Menghindari sunburn
        Bayi yang berumur dibawah 6 bulan tidak boleh terkena sinar matahari langsung terlalu lama, karena perlindungan diri terhadap sinar matahari oleh bayi belum berkembang sempurna, paparan matahari yang terlalu lama akan membuat kulit bayi terbakar hanya butuh waktu 10-15 menit akan membuat kulit bayi terbakar. Melanosit adalah sel sel dari kulit tubuh kita yang memberikan warna pada kulit dan sekaligus juga sebagai pelindung terhadap sinar ultraviolet yang merusak kulit.(5)
        Kepadatan melanosit secara keseluruhan lebih besar pada anak-anak dibandingkan orang dewasa, tetapi produksi melanin terbatas dan melanosit pada anak-anak lebih rentan terhadap kerusakan akibat ultraviolet. Selain itu, bayi dan anak-anak tidak mendapatkan pajanan secara bertahap yang menstimulasi pigmentasi secara fakultatif. Oleh karena itu, bayi dan anak-anak lebih rentan terhadap kerusakan akibat pajanan matahari yang berlebih, untuk mengatasi hal ini diperlukan pelindung matahari.(5)
        Tabir surya dapat mengabsorpsi, merefleksi atau memantulkan sinar ultraviolet yang berbahaya (spektrum 290-400 nm). Kandungannya yang dapat merefleksi dan memantulkan sinar surya dalam jumlah besar diantaranya UVB, UVA, dan visible light, adalah
zinc oxide dan titanium dioxide. Hindari penggunaan tabir surya yang mengandung PABA (Para-aminobenzoic acid) karena dapat menyebabkan sensitisasi.(10)
        Perlu diketahui bahwa efek buruk dari sinar matahari, seperti sunburn maupun kanker kulit lebih mudah terjadi pada si kecil dibandingkan dewasa, mengingat betapa tipis dan rentannya kulit mereka. Proteksi dapat dilakukan dengan cara:(11)
1.      Hindari paparan langsung maupun tidak langsung sinar matahari pada bayi,  terutama pada jam 10 pagi hingga 2 siang, di mana radiasi sinar matahari sangat kuat.
2.      Lindungi bayi sebisa mungkin dengan berteduh di bawah pohon, payung maupun kanopi kereta bayi. Hal ini dapat mengurangi papar UV hingga 50%.
3.      Pakaikan baju yang tertutup dari bahan katun yang nyaman dan topi berdaun lebar.
4.      Sunscreen aman diberikan pada bayi usia di atas 6 bulan, dengan catatan jenis yang digunakan adalah physical sunscreen yang mengandung titanium oxide atau zinc oxide dengan SPF 30 atau lebih, dan berlabel broad spectrum serta waterproof. Aplikasikan sunscreen sekitar 15-30 menit sebelum bepergian, dan berenang pada wajah, punggung tangan dan kaki, ujung telinga dan belakang leher. Pemakaian perlu diulang setiap 2 jam. Apabila bayi berusia kurang dari 6 bulan dan tidak dapat menghindari pajanan matahari, pakaikanlah sunscreen dengan SPF 15 di pipi dan punggung tangan saja.  
        Keamanan aplikasi tabir surya secara topikal untuk bayi di bawah 6 bulan belum ditetapkan, namun secara teoritis resiko toksisitas rendah. Strategi lini pertama untuk perlindungan matahari adalah menghindari paparan matahari, kemudian diikuti dengan penggunaan pakaian dan tabir surya yang mengandung zinc oxide pada daerah yang tidak tertutup oleh pakaian seperti wajah dan tangan. Tabir surya digunakan pada bayi dan balita saat berenang dan bermain pasir. Tabir surya dioleskan pada tubuh dan wajah setengah jam sebelum terpapar sinar matahari.(10)

2.3.6.    Perawatan diaper rash
        Ruam popok disebabkan oleh kelembaban basah dari popok kotor. Ruam juga bisa timbul ketika kulit bayi tidak dikeringkan dengan benar setelah mandi. Terkadang, bakteri atau infeksi jamur akan menyebabkan ruam popok. Bayi yang mengonsumsi antibiotik sangat rentan terhadap ruam popok karena infeksi jamur disebabkan antibiotik memungkinkan pertumbuhan jamur.
Sebagian besar bentuk ruam popok tidak memerlukan perawatan medis.
        Cara mengobati ruam popok  dan mencegah masalah kulit yang baru lahir:(10)
a)      Sering periksa popok.
b)      Ganti popok segera saat basah atau kotor.
c)      Cuci area popok dengan pembersih tanpa pewangi ringan atau air biasa.
d)     Gunakan kain bersih yang lembut, bukan tisu bayi. Parfum atau alkohol dalam beberapa tisu dapat semakin mengiritasi dan mengeringkan kulit bayi.
e)      Tepuk bayi kering. Jangan digosok. Biarkan area popok kering sepenuhnya sebelum memakai popok baru.
f)       Oleskan lapisan petroleum jelly yang tebal (seperti Vaseline) atau salep pelindung seperti Desitin atau A & D.
g)      Jika menggunakan bedak bayi, berhati-hatilah untuk menjauhkannya dari wajah bayi. Bedak atau tepung maizena dalam bubuk dapat menyebabkan masalah pernapasan.




























BAB III
PENUTUP

Penting untuk diketahui oleh orang tua bahwa meskipun struktur kulit pada bayi sama dengan dewasa, tingkat maturitas fungsinya tidak sama. Kulit bayi, terutama yang baru lahir, sangat halus, lembut dan belum diproteksi secara maksimal oleh sistem imunitas tubuh.(11) Semua bayi memiliki kulit yang sangat peka, berbeda dengan kulit orang dewasa yang tebal dan mantap, kondisi kulit pada bayi yang relatif tipis menyebabkan bayi lebih rentan terhadap infeksi, iritasi, dan alergi.(1)
Pembagian kulit secara garis besar tersusun atas tiga lapisan utama yaitu lapisan epidermis atau kutikel, lapisan dermis, dan lapisan subkutis. Tidak ada garis tegas yang memisahkan dermis dan subkutis, subkutis ditandai dengan adanya jaringan ikat longgar dan adanya sel dan jaringan lemak.(3)
Kulit bayi secara fungsional matang saat lahir. Fungsi sawar epidermis, stratum korneum, utuh dan efektif melindungi bayi. Namun, bayi berisiko tinggi untuk terkena toksisitas sistemik dari senyawa yang dioleskan secara topikal. Faktor yang mempengaruhinya adalah bahwa bayi memiliki rasio luas permukaan tubuh yang lebih luas. Perbandingan luas permukaan kulit dengan berat badan pada bayi lebih besar daripada orang dewasa (area permukaan kulit bayi 700 cm2/kg dibandingkan kulit orang dewasa 250 cm2/kg).
Perawatan topikal harus mencakup lotion pelembab atau krim untuk mempertahankan tekstur lembut dan fleksibel kulit bayi dan untuk mencegah superinfeksi bakteri. Untuk bayi di lingkungan yang kering, pelembab mungkin perlu digunakan tanpa batas; bayi dalam lingkungan yang lebih lembab mungkin membutuhkan penggunaan mereka hanya dalam jangka waku pendek atau intermiten.(4)

DAFTAR PUSTAKA
1.        Tabri F, Sidiq HF. Perawatan Praktis: Kulit Bayi dan Balita. Makassar: Al Hayaatun Mufidah; 2016. 1 p.
2.        Wasitaatmadja SM. Anatomi Kulit. In: Djuanda A, Hamzah M, Aisah S, editors. Ilmu Penyakit Kulit dan Kelamin. 6th ed. Jakarta: Badan Penerbit Fakultas Kedokteran Universitas Indonesia; 2011. p. 3–7.
3.        Boediardja SA. Perbedaan Fisiologis Kulit Bayi/Anak, Dewasa, dan Lansia. In: Boediardja S, Sugito T, Indriatmi W, Evita M, Prihianti S, editors. Masalah Kulit dan Keputihan pada Bayi dan Anak. Jakarta: Balai Penerbit Fakultas Kedokteran Universitas Indonesia; 2009. p. 1–15.
4.        Eisen AZ, Wolff K, Austen KF, Goldsmith LA. Fitzpatrick â€TM s Dermatology In General Medicine Part One : Introduction Part Two : Biology and Development of Skin Biology and Development of Skin. 2016.
5.        Chu DH. Development and Structure of the Skin. In: Wolff K, Goldsmith LA, Katz S, Gilchrest B, Paller A, Leffel D, editors. Fitzpatrick’s Dermatology in General Medicine. 7th ed. New York: McGraw-Hills Companies; 2008. p. 57–72.
6.        Orlow MCS. Neonatal, Pediatric, and Adolescent Dermatology. In: Wolff K, Goldsmith LA, Katz S, Gilchrest B, Paller A, Leffel D, editors. Fitzpatrick’s Dermatology in General Medicine. 7th ed. New York: McGraw-Hills Companies; 2008. p. 1526–41.
7.        Visscher MO, Pickens WL, Laruffa AA. Original Article Vernix Caseosa in Neonatal Adaptation. 2005;(December 2014).
8.        Asmara A, Daili SF, Noegrohowati T, Zubaedah I. VEHIKULUM DALAM DERMATOTERAPI TOPIKAL. 2012;25–35.
9.        Bergstorm K, Strobber B. Principles of Topical Therapy. In: Wolff K, Goldsmith LA, Katz SI, Gilchrest BA, Paller AS, Leffel DJ, editors. Fitzpatrick’s Dermatology in General Medicine2. 7th ed. New York: McGraw-Hills Companies; 2008. p. 2091–6.
10.      Alli RA. Natural Baby Skin Care [Internet]. WebMD. 2017 [cited 2018 Apr 6]. Available from: https://www.webmd.com/parenting/baby/skin-care-tips#1
11.      Dianita J. Memilih Produk Kulit Untuk Anak [Internet]. Ikatan Dokter Anak Indonesia. 2014 [cited 2018 Apr 7]. Available from: http://www.idai.or.id/artikel/klinik/pengasuhan-anak/memilih-produk-kulit-untuk-si-kecil
12.      Arie AM. Kiat Memilih Pelembab Kulit pada Bayi dan Anak. In: Boediardja SA, Sugito TL, Inriatmi W, Evita M, Prihianti, editors. Masalah Kulit dan Keputihan pada Bayi dan Anak2. Jakarta: Balai Penerbit Fakultas Kedokteran Universitas Indonesia; 2009. p. 39–44.


0 komentar:

Posting Komentar

Diberdayakan oleh Blogger.

about me

Foto saya
Tasikmalaya, jawa barat, Indonesia